Wednesday, September 21, 2016

Keramba Jaring Apung (KJA)



BAB 1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia  dengan wilayah laut yang sangat besar (5,8 juta km2) dan perairan umum/tawar  kurang lebih 54 juta ha yang terdiri dari sungai, waduk, danau, rawa-rawa, dan genangan air lainnya. Potensi perikanan Indonesia baik laut maupun tawar diperkirakan mencapai 65 juta ton/tahun yang nilainya mencapai 82.064 juta dolar AS. Dengan potensi yang begitu besar, sumber daya perikanan merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Ini berarti bahwa potensi produksi dan pengembangan usaha perikanan masih sangat besar terutama untuk budidaya perairan (akuakultur), usaha pengelolahan dan industri bioteknologi kelautan dan perikanan. Sektor perikanan mampu menjadi andalan perekonomian nasional suatu bangsa. Dan itu bisa terjadi melalui kerja keras, profesional dan bijaksana terhadap sektor tersebut. Konsumsi  ikan merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan sektor ini sebagai andalan.  
Potensi lahan yang luas dapat dikembangkan dengan berbagai komoditas budidaya sebagai suatu usaha yang prospektif. Pada perairan umum dapat digunakan usaha budiaya ikan pada kolam, keramba, keramba jaring apung ( KJA), sangkar, kolam tadah hujan, mina padi dan lain-lain.


BAB 2
KERAMBA JARING APUNG
1.  Definisi
Keramba jaring apung adalah salah satu wadah budidaya perairan yang cukup ideal, yang ditempatkan dibadan air dalam, seperti waduk, danau dan laut. Keramba jaring apung merupakan salah satu wadah untuk penerapan budidaya perairan sistem intensif. Prinsipnya semua jenis ikan laut dan ikan air tawar dapat dipelihara pada keramba jaring apung.

2.  Persiapan Sarana
Adapun sarana yang harus dipersiapkan adalah sebagai berikut:
a.  Kerangka/Rakit
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu, bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan untuk kerangka, sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan di lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2 tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah tidak layak pakai dan harus direnovasi kembali. Jika akan memakai besi anti karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/ angka waktu pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun. Pada umumnya petani ikan di jaring terapung menggunakan bambo sebagai bahan utama pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga ketersediaannya di lokasi budidaya sangat banyak. Bambu yang digunakan untuk kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5 – 7 cm dibagian pangkalnya dan bagian ujungnya berukuran antara 3 – 5 cm. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm, tetapi jenis bambu ini kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk. Ukuran kerangka jaring terapung berkisar antara 5 x 5 meter sampai 10 x 10 meter. Petani ikan jaring terapung di perairan Cirata pada umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7 x 7 meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari empat buah petak/kantong. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh KJA
b.  Pelampung
Pelampung berfungsi untuk melampungkan seluruh sarana budidaya termasuk rumah jaga dan benda atau barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan. Bahan pelampung dapat berupa drum plastik/besi atau Styrofoam (pelampung strofoam). Ukuran dan jumlah pelampung yang digunakan disesuaikan dengan besarnya beban. Sebagai contoh untuk menahan satu unit kerangka yang terdiri dari empat buah kurungan yang masing-masing berukuran (3x3x3) m3 diperlukan pelampung drum plastik/drum besi volume 200 liter sebanyak 9 buah, atau 11 buah dengan perhitungan 2 buah, untuk menahan beban lain (10/4x9) buah ditambah 2 buah untuk menahan beban tambahan. Pelampung diikat dengan tali polyethyline (PE) yang bergaris tengah 0,8-1,0 cm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Contoh Pelampung
c.   Tali Pengikat dan Kurungan
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang plastik, kawat ukuran 5 mm dan besi beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk mengikat kerangka jaring terapung, pelampung atau jaring.
Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan, disarankan terbuat dari bahan polyethline (PE) karena bahan ini disamping tahan terhadap pengaruh lingkungan juga harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Bentuk kurungan bujur sangkar dengan ukuran (3x3x3)m3. Untuk ukuran ikan dengan panjang kurang dari 10 cm lebar mata yang digunakan adalah 8 mm (5/16 inchi). Jika panjang ikan berkisar antara 10-15 cm lebar mata jaring digunakan adalah 25 mm (1 inchi), sedangkan untuk ikan dengan ukuran panjang 15-40 cm atau lebih digunakan lebar mata jaring ukuran 25-50 mm (1-2 inchi).
Pemasangan kurungan pada kerangka dilakukan dengan cara mengikat ujung tali ris atas pada sudut rakit. Agar kurungan membentuk kubus/kotak digunakan pemberat yang diikatkan pada keempat sudut tali ris bawah. Selanjutnya pemberat diikatkan ke kerangka untuk mempermudah pekerjaan pengangkatan /penggantian kurungan untuk mencegah kemungkinan lolosnya ikan atau mencegah serangan hewan pemangsa, pada bagian atas kurungan sebaiknya diberi tutup dari bahan jaring.
d.  Jangkar
Agar seluruh kerangka budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh arus angin maupun gelombang, digunakan jangkar. Jangkar dapat terbuat dari beton atau besi. Setiap unit kurungan jaring apung menggunakan 4 buah jangkar dengan berat antara 25-50 kg. Panjang tali jangkar biasanya 1,5 kali kedalaman perairan pada waktu pasang tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Contoh Jangkar

e.  Ruang Kerja Gudang dan Rumah Jaga
Bangunan ruang kerja, gudang dan ruang jaga atau peralatan dibangun di atas rakit dengan jumlah pelampung lebih banyak. Kebutuhan akan gudang dan ruang kerja terasa jika usaha budidaya terdiri atas beberapa buah keramba. Gudang digunakan untuk menyimpan stok pakan dan peralatan budidaya. Gudang dapat juga digunakan sebagai ruang jaga sehingga bangunan gudang tidak perlu luas mengingat daya apung rakit terbatas. Ruang kerja atau peralatan kerja digunakan terutama pada waktu panen. Bangunan gudang, ruang jaga dan ruang kerja dibuat dengan bahan yang ringan, seperti papan dan seng. Bangunan bersatu dengan ukuran 3x3 m dengan pembagian luas gudang  1x2 m2, ruang jaga 2x2 m2, dan peralatan 1x3 m2. Gudang, ruang jaga dan peralatan kerja berada dalam satu atap. Rakit bangunan bersatu dengan rakit untuk pemeliharaan biota budidaya. Akan tetapi, rakit bangunan ditempatkan di bagian hilir sehingga aktivitas yang berlangsung di tempat tersebut tidak mengganggu ketenangan biota budidaya. Gudang ini berfungsi juga sebagai dermaga.

3.  Membangun KJA
Jika rakit budidaya sudah dipasangi pelampung, berarti rakit sudah siap diceburkan ke perairan untuk diletakkan pada posisi yang ditentukan. Untuk membawa rakit ini ke lokasi, dapat dilakukan dengan cara menaikinya dan langsung mendayungkannya atau dengan menggunakan perahu motor untuk menariknya ke lokasi.
Sesampai dilokasi, keempat sudut rakit diikat dengan tambang yang dihubungkan dengan jangkar. Panjang tambang untuk jangkar sebaiknya antara 1,5-3 kali kedalaman perairan, misalnya, dengan kedalaman perairan 4 meter, maka panjang jangkar masing-masing antara 6-12 meter.
Apabila pemasangan jangkar telah selesai dan rakit telah berada pada posisinya, selanjutnya dilakukan pemasangan keramba/kantong jaring. Caranya dengan mengaitkan tali ris setiap sudut atas kantong jaring dengan bagian sudut rakit. Untuk memperkuat kedudukan kantong jaring ini, kita membuat beberapa ikatan lagi diantara tali ris bagian atas dan sisi rakit.
Agar keramba/kantong jaring dapat merenggang sesuai dengan bentuk yang diinginkan, dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu menarik setiap sudut keramba, memasang pipa besi di dasar keramba dan memasang pemberat pada setiap sudut keramba.
Cara untuk menarik setiap sudut keramba jaring dilakukan dengan meletakkan tiang di setiap sudut rakit, kemudian dimasukkan cincin di kedua ujung tiang. Cara merenggangkannya, yaitu masukkan tali ris yang ada disetiap sudut keramba jaring ke dalam cincin pada tiang, kemudian talinya ditarik.
Untuk cara memasang pipa besi di dasar keramba jaring dilakukan dengan menggunakan pipa besi yang panjangnya disesuaikan dengan keramba jaring. Pipa dirangkai berbentuk bujur sangkar atau sesuai ukuran keramba dan diletakkan di dasar keramba  dengan cara diikatkan pada tali ris bagian bawah.
Sedangkan untuk merenggangkan keramba, yakni dengan memasang pemberat pada setiap sudut keramba jaring bagian dasar dengan dipasangi sebuah pemberat. Besar kecilnya pemberat disesuaikan dengan ukuran keramba jaring. Untuk setiap keramba jaring, paling tidak dipasangi empat buah pemberat. Cara perenggangan keramba jaring yang terakhir ini merupakan cara yang sering diterapkan ikan, terutama pada perairan yang dalam.



BAB 3
TEKNOLOGI  BUDIDAYA

1.  Teknis Budidaya
KJA menggunakan sistem jaring ganda (double layer) artinya pada satu luasan kolam terdapat dua atau lebih jaring untuk jenis ikan yang berbeda tetapi saling mendukung. Dalam hal ini, ikan mas sebagai produk utama yang dikembangkan di jaring bagian atas, sedangkan jaring kolor (jaring bagian bawah) dipelihara ikan nila, bisa juga ikan patin/jambal dan bahkan bisa gabungan keduanya nila dan patin.
Pemilihan ikan nila sebagai produk sekunder adalah karena tidak memerlukan pakan khusus, ikan nila bisa mencapai pertumbuhan cukup baik dengan hanya memakan sisa – sisa pakan yang tidak termanfaatkan/ tidak terkonsumsi dari ikan mas yang ada di atasnya. Selain itu ikan nila dapat memakan lumut-lumut yang ada di jaring. Keuntungannya yaitu membersihkan jaring dan meningkatkan hasil. Umumnya ikan mas ditanam pada jaring ukuran 7x7 meter dengan padat tebar 8.000 – 10.000 ekor, diberi pakan pellet 4-5 kali perhari. Biasanya untuk mencapai ukuran konsumsi  masa tanam sekitar 2,5 – 3 bulan tergantung ukuran ikan yang dikehendaki.
Berbeda dengan ikan nila yang ditanam di jaring kolor dengan ukuran 14x14 meter dengan masa tanam 6-7 bulan.  Ikan nila tidak diberi perlakuan pakan khusus, hanya saja terkadang suka diberi tambahan pakan yang berasal dari limbah pertanian lokal seperti singkong, mie ataupun roti.
Selain ikan nila, jaring kolor juga dapat digunakan untuk ikan patin, sama seperti nila, patin juga tidak memerlukan perlakuan pakan  khusus, kecuali jika ingin mempercepat masa panen. Sebab patin termasuk lambat pertumbuhannya jika tidak diberi pakan khusus, satu masa tanam bisa mencapai 12 bulan. Ada teknik  khusus untuk mensiasati dengan menggabungkan ikan nila dan patin dalam satu jaring kolor. Sehingga dalam satu tahun bisa panen tiga kali ikan mas, dua kali ikan nila dan satu kali ikan patin, tanpa ada penambahan biaya yang terlalu signifikan

2.  Teknis Pemanenan
KJA menggunakan jaring, sehingga panennya tidak terlalu sulit tinggal angkat, tarik, dan gulung, pertama jaring diangkat dengan menggunakan gombong (bambu panjang yang besar dan kuat), gombong dimasukkan /diletakkan di bawah jaring yang akan dipanen lalu ditarik ke permukaan setelah itu didorong/digeser ke sisi dimana ikan  akan ditimbang dan packing. Setelah digorok (istilah untuk prosesi tadi) dilakukan penyortiran ikan, penyortiran ini diperlukan untuk memisahkan ikan berdasarkan ukuran, sehingga akan memudahkan pada saat packing nantinya selain itu juga untuk membersihkan dari ikan-ikan pengganggu bila ada.
Pemilihan ikan, penggorokan jaring dan penyortiran semuanya dilakukan pada pagi hari sebelum matahari tinggi dan sebelum ikan diberi makan, hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi kematian pada saat pengangkutan ikan dari kolam ke konsumen.
Penimbangan dan pengepakan ikan ke dalam kantong-kantong plastik beroksigen (istilahnya di balon) dilakukan pada saat sore atau malam hari, ketika cuaca sudah teduh sehingga ikan tidak mengalami tekanan panas dalam perjalanan

3.  Kelebihan Dan Kekurangan Budidaya KJA
a.  Kelebihan
1)  Ramah lingkungan, sebagian besar komponen utama KJA dibuat dari bahan Polyethylene yang belum didaur ulang dengan tambahan bahan anti-UV dan tidak mengandung bahan yang mencemari lingkungan dan dapat didaur ulang diakhir masa pakainya.
2)  Dapat dibongkar pasang
3)  KJA terdiri dari komponen-komponen yang dapat dirakit menjadi KJA yang utuh. Dengan demikian, pembudidaya dapat meminimalisasi biaya transportasi KJA menuju lokasi budidaya. Dapat dibongkar kembali dikemudian hari untuk relokasi, ekspansi, maupun pengubahan konfigurasi. Seluruh komponen KJA dirakit menggunakan baut Stainless Steel Grade 316 yang tahan karat.
4)  Fleksibel dan tahan lama
5)  Dirancang untuk digunakan di laut dan dapat digunakan pula di air payau, air tawar (waduk, danau dan sungai). KJA memiliki daya apung yang besar serta dapat digunakan lebih dari 20 tahun.
6)  Sistem yang terintegrasi
7)  Memiliki tempat berpijak anti slip, kaitan net, tempat untuk mengikatkan tali jangkar, dan fitur-fitur lainnya sehingga pembudidaya dapat beraktifitas dengan nyaman dan praktis. KJA dapat dilengkapi dengan sistem penerangan dan aerasi dari panel surya.
8)  Hidro dinamis
9)  Memiliki alat apung berbentuk silindris yang memudahkan air mengalir di bawahnya sehingga memaksimalkan kadar oksigen yang terlarut dalam air. Fitur ini juga memudahkan transportasi di air dengan ditarik perahu.
10)  Mudah dibersihkan dari kotoran tanpa mengganggu ikan yang dipelihara.
11)  Dapat ditempatkan pada lahan sempit
12)  Cara pengontrolannya sangat mudah.

b.  Kekurangan
1)    Jaring cepat tersumbat dengan lumpur  dan penempelan organisme lain seperti alga dan kepiting.
2)    Usia pakai yang relatif singkat, untuk pemakaian keramba kayu.
3)    Rentan terkena penyakit karena adanya pencemaran oleh limbah domestik ke perairan.
4)  Sisa pakan dapat menyebabkan pencemaran terhadap perairan.
5)  Rentan terhadap binatang buas dan binatang lainnya.



DAFTAR PUSTAKA

M .Ghufran  H. Kordi K, 2008. Budidaya perairan. PT Citra Aditya Bakti, Bandung.


No comments:

Post a Comment