Wednesday, September 21, 2016

Budidaya Ikan Patin



      BAB 1. PENDAHULUAN
Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 3540 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendah pun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebirubiruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan.


BAB 2. TAKSONOMI
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo                  : Ostarioplaysi.
Subordo           : Siluriodea.
FamilI                : Pangasidae.
Genus              : Pangasius.
Spesies             : Pangasius pangasius Ham. Buch.

Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
a.     Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b.     Pangasius macronema
c.      Pangasius micronemus
d.     Pangasius nasutus
e.     Pangasius nieuwenhuisii



BAB 3
TEKNOLOGI BUDIDAYA
1.  Persyaratan Lokasi
Untuk persyaratan lokasi pembudidayaan ikan patin tidaklah sulit,  berikut syaratsyaratnya :
a.  Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
b.  Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 35% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
c.   Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang di sungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
d.  Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahanbahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
e.  Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 2628°C. Pada daerahdaerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
f.    Keasaman air berkisar antara: 6,57
2.   Teknis Budidaya
Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.
Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hatihati selama 2 minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan ke dalam hapa yang sudah disiapkan.
Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut pemilihan calon induk siap pijah, persiapan hormon perangsang/ kelenjar hipofise dari ikan donor yaitu ikan mas, kawin suntik (induce breeding), pengurutan (striping), penetasan telur, perawatan larva, pendederan dan pemanenan.
Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH dan suhu air.

3.  Persiapan Sarana
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 25% sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
a.  Kolam pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 m2 bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pellet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150200 m2 saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

b.  Kolam pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan paralon dan pengeluarannya bisa juga memakai paralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c.   Kolam pendederan
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25500 m2 dan pendederan lanjutan 5001000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan paralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

4.  Pembenihan
Supaya mendapatkan hasil yang diharapkan maka pembibitan harus perlu di perhatikan halhal sebagai berikut :
a.  Menyiapkan induk
Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan di kolam sejak kecil atau hasil tangkapan di alam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran di kolam sehingga dapat dipilihkan induk yang benarbenar berkualitas baik.
b.  Perlakuan dan Perawatan Bibit
Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahanbahan pembuat makanan ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras 25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%. Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.

Ciriciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah sebagai berikut :
Induk betina
1)  Umur tiga tahun.
2)  Ukuran 1,52 kg.
3)  Perut membesar ke arah anus.
4)  Perut terasa empuk dan halus bila di raba. Kloaka membengkak dan berwarna merah tua. Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
5)  Jika disekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
Induk jantan
1)  Umur dua tahun.
2)  Ukuran 1,52 kg.
3)  Kulit perut lembek dan tipis.
4)  Bila diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih.
5)  Kelamin membengkak dan berwarna merah tua

Setelah pemijahan, telur akan menetas paling cepat dalam 36 jam dan benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk menghemat dana.
Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsurangsur diganti dengan makanan hidup berupa Moina dan cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan kutu air dan jentik nyamuk.

5.  Pembesaran
Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui sistem pen dan dalam karamba.
a.  Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem monokultur maupun polikultur.
b.  Pada pembesaran ikan patin di jala apung, halhal yang perlu diperhatikan adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung, bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.
c.   Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
d.  Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah: pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan, pengontrolan dan pemanenan.

Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan pembesaran
a.  Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak-banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50700 gram/m2
b.  Pemberian Pakan
Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 35% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 510 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel).

c.    Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet setiap hari dan dapat pula diberikan ikanikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun sisa dapur yang diberikan 34 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya



BAB 4
HAMA DAN PENYAKIT

1.  Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara lain lingsang, kurakura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Ikanikan kecil yang masuk ke dalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari waduk atau danau. Pinggiran waduk atau danau merupakan tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin.
Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Leptotilus javanicus), pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budidaya dengan lembaran jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong jaring budidaya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin juga tidak akan berlompatan keluar.
2.  Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan noninfeksi. Penyakit non-infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit noninfeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
a.  Penyakit akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara massal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 12 bulan.
Beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
1)  Penyakit parasit
Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet.
Pengendalian: menggunakan methilene blue (MB) konsentrasi 1% (satu gram MB dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian ke dalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulangulang selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
2)  Penyakit jamur
Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya dipakai adalah malachyt green oxalate sejumlah 23 g/m air (1 liter) selama 30 menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi dan diulang sampai tiga hari berturut turut.
3)  Penyakit bakteri
Bakteri yang sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Ikan yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah menular, sehingga ikan yang terserang harus diisolir dan diobati secara terpisah.
b.  Penyakit noninfeksi
Penyakit noninfeksi yang banyak ditemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.


BAB 5
PANEN DAN PASCA PANEN

1.  Penangkapan
Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami lukaluka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai di bagian hilir kemudian bergerak ke bagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari.

2.  Pemanenan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 812 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600700 gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 23 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 23 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan ke dalam wadah yang telah disiapkan.

3.  Pasca panen
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
a.  Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1)  Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20oC.
2)  Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
3)  Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
b.  Penanganan ikan segar
Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
1)  Penangkapan harus dilakukan hatihati agar ikanikan tidak luka.
2)  Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
3)  Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4)  Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 67°C. Gunakan es berupa potongan kecilkecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan = 1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 45 cm.
5)  Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 510 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.

Sedangkan halhal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1)  Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
2)  Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainnya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalaman.
3)  Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 50006000 ekor dengan ukuran 35 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.  Sistem terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 35 cm.
b.  Sistem tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 45 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(HPO)4.1H2O sebanyak 9 gram.
Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
1)  Masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
2)  Hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
3)  Alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
4)  Kantong plastik lalu diikat.
5)  Kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.

Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin yaitu:
1)  Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk simpul sederhana. Masingmasing kantong diisi air sumur yang telah diaerasi selama 24 jam.
2)  Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan serokan halus kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik.
3)  Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang rangkap.
4)  Kantongkantong plastik berisi benih dimasukkan ke dalam kardus. Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu satunya cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru: Lembar Informasi Pertanian.
Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu Air dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
Arifin, Zainal. (1987). “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius) Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan Darat. 6 (1),1987: 42 47.
Arifin, Zainal, Pengaruh Pakan Terhadap Pematangan Calon Induk Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius pangasius) dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya, 1999 ).

No comments:

Post a Comment