Wednesday, September 21, 2016

Budidaya Ikan Lele



BAB 1. PENDAHULUAN
Lele sangkuriang merupakan salah satu jenis komoditas air tawar yang kini sedang banyak digemari oleh kalangan pembudidaya ikan di Indonesia.
Lele sangkuriang adalah hasil backcross (silang balik) dari betina F2 dan jantan F6 lele dumbo yang sebelumnya telah mengalami penurunan kualitas akibat sering terjadi inbreeding. Upaya silang balik ini dilakukan oleh para peneliti di BBPBAT Sukabumi, Jawa Barat.
Lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan komparatif dibandingkan dengan lele dumbo, yaitu:
o  Fekunditas (jumlah telur/bobot induk): 33,33% lebih tinggi
o  Umur pertama matang gonad: lebih tua
o  Pendederan pertama: 43,57% lebih cepat
o  Pendederan kedua: 14,61% lebih cepat
o  Masa pembesaran: 45 – 60 hari vs 75 – 90 hari
o  Konversi pakan pada pembesaran : 0,8 – 1 vs 1
o  Lebih tahan terhadap penyakit
o  Kualitas daging lebih unggul
o  Lebih tahan banting
o  Teknik pemeliharaan lebih mudah
o  Dapat dibudidayakan di lahan sempit
Benih mulai mudah diperoleh


BAB 2. TAKSONOMI
Klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
Phillum                             : Chordata
Kelas                                 : Pisces
Sub Kelas                         : Telestei
Ordo/Bangsa                    : Ostariophysi
Sub Ordo Bangsa           : Siluridae
Famili/Suku                      : Claridae
Genus/Marga                   : Clarias
Species/Jenis                  : Clarias sp

Jenis Lele Di Indonesia :
  1. Clarias batrachus (lele Lokal)
  2. Clarias leichant
  3. Clarias melanoderma
  4. Clarias nieuwhoft
  5. Clarias teesmani, dll

 

BAB 3
TEKNOLOGI BUDIDAYA
1.  Pembuatan Kolam Terpal
Usaha pembesaran lele sangkuriang tidak terlalu membutukan kolam yang luas. Satu buah kolam dengan ukuran (5x2) m dapat digunakan untuk membesarkan 1.000-1.200 benih lele sangkuriang. Kolam ukuran tersebut dapat menghasilkan lele konsumsi sekitar 1 - 1,4 kwintal.
Kolam yang digunakan dalam usaha pembesaran lele sangkuriang sebaiknya kolam semen (kolam tembok) atau kolam terpal. Penggunaan kolam tanah tidak direkomendasikan karena lebih rawan kebocoran dan hama.
Untuk pembudidaya pemula yang memiliki keterbatasan modal sebaiknya menggunakan kolam terpal. Kolam terpal memiliki beberapa keunggulan, yaitu teknis pembuatannya lebih mudah dan praktis, serta biaya pembuatannya lebih murah.
Berikut ini disajikan beberapa pilihan ukuran kolam terpal dalam usaha pembesaran lele sangkuriang.
Ukuran Kolam
(meter)
Ukuran Terpal
(meter)
Daya Tampung Benih (ekor)
Keterangan
5 x 2
8 x 5
1.000
Tahap belajar
10 x 5
8 x 13
5.000
Skala usaha
12 x 8
15 x 11
10.000
Skala usaha

Dalam pembuatan kolam pembesaran menggunakan terpal, sebaiknya dasar kolam digali terlebih dahulu sedalam 60 cm. Hal ini dilakukan karena kedalaman air kolam pembesaran cukup tinggi, yaitu 125-130 cm, sehingga volume air yang yang digunakan cukup banyak.
Jika tidak dilakukan penggalian tanah terlebih dahulu, dikhawatirkan konstruksi kolam tidak mampu menampung beratnya air, terlebih ketika mendekati panen dengan bobot ikan bertambah dan gerakan ikan lebih kuat.
Tanah hasil galian kolam tidak perlu dibuang, namun digunakan sebagai tanggul disemua sisi kolam. Tanggul ini akan membantu menahan beratnya air kolam.

2.  Persiapan Kolam
Setelah kolam pembesaran selesai dibuat, selanjutnya menyiapkan kolam agar terciptanya kondisi lingkungan yang sesuai dengan kondisi yang diinginkan lele sangkuriang, yaitu dengan pH 7-8.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengisi air bersih yang bebas dari limbah dan bahan kimia hingga setinggi 50 cm. Kemudian dilakukan pengomposan menggunakan kotoran kambing atau domba yang basah, yaitu kotoran kambing yang masih dalam bentuk butiran berasal dari kandang kambing. Dosisnya 1,5 kg/m2. Jadi untuk kolam seluas 10 m2 kotoran kambing yang dibutuhkan adalah 15 kg. Kemudian kotoran kambing tersebut dibagi dua masing-masing 7,5 kg, lalu dimasukkan ke dalam karung dan ikat rapat. Karung yang berisi kotoran kambing tersebut di biarkan menagmbang di kolam selama 8 hari.
Setelah hari ke delapan angkat karung tersebut, namun sebelumnya naik turunkan karungnya agar zat-zat organik bisa masuk seluruhnya ke dalam kolam.

3.  Pemilihan dan Penebaran Benih
Benih yang ditebar sangat menentukan produksi lele konsumsi. Karena itu, pilih benih lele yang berkualitas agar pertumbuhannya baik, tidak mudah terserang penyakit, dan lele konsumsi yang dihasilkanpun bermutu baik. Selain itu perhatikan mengenai keseragaman ukuran benih. Benih yang tidak seragam akan menyebabkan pertumbuhan lele tidak serempak. Lele yang tumbuh besar lebih dahulu akan memangsa benih lele yang lebih kecil.
Sebaiknya pilih benih lele yang baik dengan ukuran yang proporsional, tidak cacat, warna tubuh mengkilap dan dengan sungut tidak pucat.
Ukuran benih yang digunakan untuk pembesaran sebaiknya tidak terlalu kecil, terutama bagi pemula, karena benih yang terlalu kecil memiliki resiko kematian yang cukup tinggi. Pilihlah benih minimal dengan ukuran 5-7 cm, karena benih dengan ukuran tersebut relatif telah memiliki daya tahan yang cukup kuat.
Lele sangkuriang merupakan lele yang dapat dipelihara dengan padat tebar yang tinggi. Padat tebar yang digunakan untuk usaha pembesaran yaitu 100-200 ekor/m2.

4.  Pakan
Frekuensi pemberian pakan dalam usaha pembesaran lele sangkuriang dapat dilakukan 2-3 kali sehari atau bahkan jika ingin lebih cepat perkembangannya dapat lebih sering lagi hingga 5-6 kali sehari dengan selang waktu antar pemberian pakan minimal 2-3 jam.
Pemberian pakan pertama minimal jam 09.00, karena jika kurang dari jam 09.00 masih banyak polusi udara yang mencemari permukaan air kolam yang dapat memicu penyakit radang insang pada lele sangkuriang.
Berikut ini disajikan dosis pemberian pakan dalam usaha pembesaran lele sangkuriang dengan penebaran benih sebanyak 1.000 ekor.
Kode Pelet
Jumlah Pakan
Jenis Pelet
Persentase
L1
3 Kg
Apung
30%
PL2
5 Kg
PL3
22 Kg
SNL
70 Kg
Tenggelam
70%
Total
100 Kg

100%

5.  Tata Guna Air
Dalam usaha pembesaran lele sangkuriang air kolam usahakan tidak diganti hingga masa panen tiba. Kecuali jika air berbau amis karena timbunan sisa pakan. Ketinggian air kolam pembesaran diatur secara bertahap, sesuai dengan tingkat pertumbuhan lele. Berikut adalah pengaturan ketinggian air dalam usaha pembesaran lele sangkuriang.
Kode Pelet
Penambahan air (setelah pakan jenis tertentu habis)
Ketinggian air kolam (setelam penambahan air)
L1
-
50 cm
PL2
20 cm
70 cm
PL3
20 cm
90 cm
SNL
30 cm
120 cm

6.  Panen
Panen dalam usaha pembesaran lele sangkuriang dapat dilakukan setelah lele memiliki ukuran 8-10 ekor/kg (ukuran yang sering digunakan dalam pecel lele). Untuk mencapai ukuran tersebut dapat ditempuh dalam waktu 50-60 hari. Usaha pembesaran lele sangkuriang dengan penebaran 1.000 ekor dapat menghasilkan 1-1,4 kwintal.
Panen lele sangkuriang dilakukan dengan hati-hati agar diperoleh hasil yang baik. Sebaiknya panen menggunakan jaring yang berbahan halus agar tidak melukai permukaan kulit lele sangkuriang.
Setelah semua lele berhasil diangkat ke dalam bak penampungan sementara, sortir lele berdasarkan ukurannya. Umumnya, lele konsumsi digolongkan ke dalam tiga ukuran yaitu sangkal, daging dan buaya.
Lele ukuran sangkal (belum mencapai ukuran daging) dan buaya (melewati ukuran daging) biasanya hanya sedikit.



DAFTAR PUSTAKA

Nasrudin. 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Halim. 2014. Teknik Budidaya Lele Sangkuriang (PP). Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta.

No comments:

Post a Comment