BAB 1. PENDAHULUAN
Ikan manfish (Angle Fish) berasal dari Amerika Selatan, tetapi telah banyak
dibudidayakan di Indonesia. Ikan manfish disebut Angle Fish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan warnanya menarik
serta gerakkannya yang tenang. Secara umum budidaya ikan manfish tidak
membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan dalam aquarium atau paso
dari tanah, sehingga tidak membutuhkan investasi besar untuk budidayanya.
Permintaan pasar berbagai jenis ikan
hias dari tahun ke tahun cenderung terus meningkat akibat banyaknya importir yang
membuka pintu untuk ikan hias Indonesia untuk pasar yang modern diperlukan
suplai
yang cukup, berkelanjutan
dan bermutu. Faktor pendukungnya adalah jenis ikan hias yang beragam, air
cukup, lahan masih sangat luas dan iklim yang ada di Indonesia sangat cocok. Salah satu
jenis ikan hias air tawar yang bernilai ekonomis tinggi adalah ikan manfish (Pterophyllum
scalare) di pasar lokal maupun internasional.
BAB 2. TAKSONOMI
Klasifikasi
Klasifikasi ikan manfish
(Angle Fish) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum :
Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Superclass : Osteichthyes
Class :
Actinopterygii
Ordo :
Perciformes
Family :
Cichlidae
Genus :
Pterophyllum
Species : Pterophyllum scalare
Morfologi
Manfish (Pterophyllum scalare) mempunyai ciri-ciri morfologis dan kebiasaan
sebagai berikut:
a. Memiliki
warna dan jenis yang bervariasi
b. Bentuk
tubuh pipih, dengan tubuh seperti anak panah
c. Sirip
perut dan sirip punggungnya membentang lebar ke arah ekor, sehingga tampak
sebagai busur yang berwarna gelap transparan
d. Pada
bagian dadanya terdapat dua buah sirip yang panjangnya menjuntai sampai ke
bagian ekor
e. Menjaga
dan melindungi keturunannya.
f. Bersifat
omnivorus
g. Tergolong
mudah menerima berbagai jenis makanan dalam berbagai bentuk dan sumber
Beberapa
jenis ikan manfish
yang dikenal dan telah berkembang di Indonesia antara lain: Diamond (Berlian), Imperial, Marble dan Black-White.
BAB 3
TEKNOLOGI BUDIDAYA
1. Pemeliharaan Induk
a. Persiapan
Wadah Pemeliharaan
Wadah
pemeliharaan induk manfish
berupa akuarium berukuran (80
x 40 x 40)
cm3. Sebelum digunakan, akuarium dibersihkan terlebih dahulu dengan
tujuan untuk menghilangkan bibit penyakit dan kotoran-kotoran yang dapat
mengganggu selama pemeliharaan. Air yang digunakan bersumber dari air tanah (sumur
bor) yang diendapkan terlebih dahulu di bak penampungan air (tandon) selama 24
jam. Tinggi air dalam akuarium antara 30 - 35 cm.
b. Penebaran
Induk
Penebaran
induk manfish
dilakukan secara massal dalam akuarium pemeliharaan induk, yang kemudian induk
akan memisah secara berpasangan dan siap dipindahkan ke akuarium pemijahan.
c. Pemberian
Pakan
Pakan
merupakan asupan yang dibutuhkan ikan sebagai sumber energi untuk melakukan
berbagai aktifitas metabolisme. Untuk mempercepat proses pemijahan induk, salah
satu yang terpenting yaitu pemberian pakan dengan jumlah yang cukup dan gizi
yang tinggi. Selama pemeliharaan dan pematangan gonad, pakan yang tepat
diberikan pada induk manfish
adalah jentik nyamuk (Culex sp)
dan cacing darah (Bloodworm). Pakan diberikan
secara adlibitum dengan frekuensi
pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pukul 09.00 dan 15.30
WIB. Jentik nyamuk dan cacing darah yang siap diberikan untuk pakan induk.
d. Pengelolaan
Kualitas Air
Pengelolaan
kualitas air dilakukan untuk menjaga kualitas air akuarium agar tetap baik dan
bebas dari bahan toksik. Kegiatan dalam pengelolaan kualitas air meliputi
penyiphonan, penggantian air dan pengecekan kualitas air.
1) Penyiphonan
Penyiphonan
bertujuan untuk membuang kotoran ikan dan sisa pakan yang berada di dasar
akuarium untuk menjaga kualitas air tetap baik. Penambahan air baru sesuai dengan volume air kotor yang
terbuang. Frekuensi penyiphonan yaitu satu kali setiap hari yang dilakukan pada
pagi hari pukul 09.00 WIB.
2) Penggantian
Air
Penggantian
air total dilakukan setiap satu minggu sekali. Pembersihan akuarium menggunakan
spons agar lumut dan kotoran yang
menempel di akuarium hilang. Selain akuarium, selang aerasi dan substrat
penempelan telur juga dibersihkan.
Pengisian air menggunakan air yang telah diendapkan terlebih dahulu dan
kemudian diaerasi untuk menjaga kadar oksigen dalam air.
3) Pengecekan
Kualitas Air
Selain
penyiphonan dan penggantian air, pengecekan kualitas air juga diperlukan untuk
mengetahui kualitas air pada pembenihan ikan manfish. Parameter kualitas air yang diukur
pada kegiatan pembenihan manfish
didapat dilihat pada Tabel.
No
|
Parameter Kualitas Air
|
Optimum
|
Aquarium Induk
|
Aquarium Larva
|
1.
2.
3.
4.
|
Suhu
(°C)
pH
DO
(mg/l)
NH3(mg/l)
|
24
– 28
6,5
– 7,5
6
- 7,5
0
– 1
|
26,5
– 30
7
6,55
0,008
|
26,5
– 30
7,5
6,55
0,008
|
Dari
tabel diatas dapat dilihat paramater kualitas air sebagai berikut:
a) Suhu
Suhu
merupakan besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda. Suhu
optimal dalam kegiatan pembenihan ikan manfish berkisar 24 - 28oC.
Sedangkan suhu air pada akuarium induk dan larva berkisar 26,5 - 30oC.
Fluktuasi
suhu yang terjadi antara pagi, siang, dan malam hari dapat
mengakibatkan ikan stress dan mudah terserang penyakit. Selain itu juga dapat
menyebabkan larva susah beradaptasi, sehingga banyak larva yang mati. Pada pagi
hari, suhu air pada akuarium ini sedikit lebih tinggi dibandingkan suhu air tandon.
Hal ini karena letak tandon yang berada di luar ruangan. Oleh karena itu, penyiphonan
sebaiknya dilakukan pada pukul 10.00 WIB saat suhu air akuarium dan
tandon sudah relatif sama.
b) pH
pH
merupakan derajat atau tingkat keasaman suatu larutan yang bersifat asam, basa
atau netral. pH dalam pembenihan ikan manfish sebaiknya netral, yaitu berkisar
antara 6,5 sampai 7,5. Pada akuarium induk, pH air sebesar 7 menunjukkan bahwa
pH air akuarium tersebut dalam kondisi netral, dan pada akuarium larva, pH
yang diperoleh berdasarkan pengukuran sebesar 7,5 juga masih dalam kondisi
optimum.
c) DO
(Oksigen Terlarut)
Oksigen
terlarut merupakan kandungan oksigen yang terlarut dalam air yang digunakan ikan
untuk bernafas. Kebutuhan oksigen terlarut pada setiap spesies ikan bervariasi
tergantung pada stadia dan aktivitas ikan. Oksigen terlarut yang optimum untuk pembenihan
ikan manfish
adalah 6 -
7,5 mg/l. Kandungan oksigen
terlarut pada akuarium induk dan larva sebesar 6,55 mg/l. Hal ini menunjukkan
bahwa kandungan oksigen dalam air sudah tercukupi untuk berbagai aktifitas
metabolisme ikan.
d) NH3
Kadar
NH3 pada akuarium saat pemeliharaan sangat dipengaruhi oleh kotoran (feses)
hasil metabolisme ikan dan sisa-sisa pakan yang tidak dimakan ikan. Kadar amoniak yang
optimum berkisar 0 -
1 mg/l. Akuarium induk dan akuarium larva memiliki kandungan amoniak
yang sama yaitu 0,008 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan amoniak masih
dalam kondisi optimum dan tidak bersifat
toksik.
2. Seleksi Induk
Seleksi induk perlu
dilakukan sebelum proses pemijahan, dengan tujuan untuk mendapatkan pasangan
induk yang unggul yang sudah siap memijah. Perbedaan induk
jantan dan betina manfish
dapat dilihat pada Gambar dan Tabel.
No
|
Induk Jantan
|
Induk Betina
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Tubuh lebih Besar
Sirip punggung panjang, gerigi
kasar
Di bagian kepala terdapat benjolan
Penampilan lebih menarik
Perut lebih langsing (tipis)
|
Tubuh lebih kecil
Sirip punggung pendek, gerigi
halus
Bagian kepala datar sampai
punggung
Penampilan kurang menarik
Perut lebih gemuk
|
Ciri-ciri induk yang siap memijah antara lain
telah matang gonad, sehat (tidak terserang penyakit), tidak cacat (anggota
tubuh lengkap), gerakannya lincah, berumur antara 7 - 12 bulan dan panjang
tubuhnya induk jantan +7,5 cm dan induk betina +5 cm. Ciri-ciri induk manfish yang telah
matang gonad yaitu pada induk jantan gerakannya lebih agresif dan berenang
mengikuti induk betina, sedangkan pada
induk betina bagian perutnya sedikit membesar dari biasanya dan saluran lubang
kelaminnya menonjol.
Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu
dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2x2) m2 dengan
ketinggian air +30 cm. Umumnya ikan manfish akan memilih pasangannya
masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah
berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan
ini segera diangkat untuk dipijahkan
3. Pemijahan
Tempat
pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah
diendapkan setinggi 30 – 60 cm. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng
plastik, kaca, keramik atau genteng dengan lebar +10 cm dan panjang +20 cm.
Substrat diletakkan secara miring atau terlentang.
Teknik
yang digunakan dalam pemijahan induk manfish adalah
teknik pemijahan secara alami dengan menggabungkan induk-induk jantan dan betina
dalam satu wadah yang kemudian induk akan memisah secara berpasangan dan dipindahkan ke
akuarium pemijahan.
Perbandingan
antara induk jantan dan induk betina adalah 1 : 1. Pemijahan ini biasanya
berlangsung pada sore hari atau pada saat suasana tenang. Sebelum memijah,
induk jantan dan induk betina akan berenang mengelilingi tempat pemijahan,
kemudian kedua induk bergantian membersihkan substrat (paralon) dengan
mulutnya.
Saat
pemijahan, induk jantan mulai berenang di samping induk betina, sampai akhirnya
induk betina mengeluarkan telurnya sedikit demi sedikit dan menempelkan
telurnya di permukaan substrat secara vertikal ke arah atas. Setelah itu, dilanjutkan dengan
pembuahan oleh induk jantan dengan cara membuahi telur-telur yang menempel pada
permukaan substrat. Setelah
selesai memijah, kedua induk akan saling bergantian menjaga telur-telurnya dan mengipas-ngipas
siripnya untuk memberikan tambahan oksigen pada telur-telurnya. Untuk satu kali
pemijahan telur dapt berjumlah 2.000-3.000 butir. Selama pemijahan induk akan
diberi makan kutu air dan cuk
4. Penetasan Telur
Walaupun
induk manfish
dapat merawat telurnya sendiri, namun untuk efektivitasnya sebaiknya telur
diambil bersama sarangnya dan ditetaskan dalam akuarium lain. Hal ini
karena induk bisa memakan telurnya apabila induknya kekurangan makan. Oleh karena
itu,
untuk keamanan telur sebaiknya
penetasan dilakukan secara terpisah. Wadah yang digunakan untuk penetasan telur manfish adalah
akuarium berukuran (80
x 40 x 40)
cm3 yang terbagi menjadi dua bagian. Sebelum digunakan,
akuarium dibersihkan terlebih dahulu
kemudian diisi air yang telah diendapkan selama 24 jam dengan ketinggian 15 cm.
Kemudian diberi aerasi dengan kapasitas kecil.
Dalam
proses penetasan telur, ada beberapa telur yang tidak menetas. Hal ini
disebabkan telur yang dihasilkan oleh induk betina tidak semuanya dibuahi oleh induk jantan. Telur yang
dibuahi akan menetas sekitar 2 -
3 hari setelah induk memijah. Pada saat menetas, larva belum bisa berenang
sehingga masih menempel pada paralon, dan mulai bisa berenang setelah 2 - 3 hari. Larva yang
baru menetas memperoleh makanan dari kuning telur yang masih melekat di
tubuhnya. Larva yang baru menetas masih dipelihara di dalam akuarium penetasan
telur. Setelah satu minggu larva dapat
dipindahkan ke akuarium pemeliharaan benih
5.
Pemeliharaan
Larva
Aquarium
tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya harus dipersiapkan
dahulu dengan
mengisi air yang telah diendapkan +10 cm. Selanjutnya beri tambahan oksigen dengan
menggunakan pompa udara. Telur dan benih yang masih menempel pada substrat
tidak perlu diberi makan.
Setelah
kuning telurnya habis dapat diberi pakan alami berupa nauplii Artemia. Pemberian nauplii Artemia sampai larva berumur 16 hari selain nauplii artemia dapat diberikan makanan berupa
rotifera atau kutu air yang disaring, selama 5-7 hari. Selanjutnya benih diberi kutu air
tanpa disaring sampai berumur 42 hari Setelah itu mulai dicoba diberi Tubifex sp.
6. Pembesaran
Setelah
benih memakan Tubifex sp, perlu
dilakukan penjarangan di akuarium
yang lebih besar. Setelah berumur
1,5 bulan dapat ditebar sebanyak +1000 ekor benih pada bak beton berukuran (1,5 x
2) m2
dengan tinggi air 15-20
cm. Selanjutnya penjarangan dilakukan 2 minggu sekali dengan membagi dua,
sehingga tiap kolam diisi 100 ekor. Pada keadaan terbatas kepadatan lebih dari
100 ekor, asal ketinggian air ditambah serta diberi pompa udara. Pembersihan kotoran
dilakukan setiap hari dengan menyiphon dan air sebagaimana semula.
.
7. Penyakit dan
Penanggulangannya
Jenis
penyakit yang sering menyerang benih dan induk ikan manfish adalah white spot. Penyakit white spot disebabkan oleh Ichtiopthirius multifilis yang
menyebabkan tubuh ikan banyak terdapat bintik-bintik putih. Penyakit ini dapat
merusak sel-sel lendir ikan sehingga menimbulkan pendarahan di sirip dan insang.
Cara pencegahannya, diperlukan perawatan dan pengontrolan kualitas air dengan
melakukan penyiphonan dan penggantian air secara teratur, pengontrolan suhu
air, serta pemberian suplai aerasi yang sesuai dan cukup pakan yang
diberikan.
Cara
penanggulangannya adalah dengan pemberian OTC (Oxytetracycline) 0,003 gram/liter, garam sebanyak 0,2 gram/liter dan daun ketapang
sebanyak 3 lembar.
Beberapa
jenis parasit yang biasa menyerang benih/induk Manfish antara lain adalah : Trichodina sp., Chillodonella sp. dan Epystilys sp. Sedangkan bakteri yang
menginfeksi adalah Aeromonas hydrophilla.
Beberapa
jenis obat yang dapat digunakan untuk menanggulangi serangan penyakit parasitek
antara lain : Formalin 25%, NaCl 500 ppm. Sedangkan untuk penyakit bakterial
dapat digunakan Oxytetrachycline 5 –
10 ppm dengan cara perendaman 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan Sihombing, T. 2008. Mengenal dan Mengendalikan Predator
Benih Ikan. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Bachtiar,
Yusuf. 2004. Budidaya
Ikan Hias Air Tawar Untuk Ekspor. PT AgroMedia. Pustaka. Jakarta.
Daelami,
D.A.S. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta
Direktorat
Produksi. 2012. Pengelolaan
Produksi Ikan Hias Air Tawar. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya. 2013. Budidaya
Ikan Hias. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Direktorat
Jendral Perikanan Budidaya. 2013. Obat
Ikan Terdaftar. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Indra, R.
2010. Pembenihan Ikan Manvis. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Lingga, P
dan H. Susanto, 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supian, E.
2011. Penanggulangan Hama dan Penyakit Pada Ikan. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Susanto.
2000. Maanvis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tarwiyah.
2001. Budidaya Ikan Maanvis. Dinas
Perikanan Jakarta. Jakarta
No comments:
Post a Comment