BAB 1. PENDAHULUAN
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, ikan
mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan
mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia
merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang.
Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat
ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan
karakteristik morfologisnya.
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa,
di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di
perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya,
Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
BAB 2. TAKSONOMI
Klasifikasi
ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau strain.
Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara
genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari
penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari
beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
a.
Ikan mas Punten:
sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung
tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang
badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
b.
Ikan mas Majalaya:
sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung
tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka
berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan
antara 3,2:1.
c.
Ikan mas Si Nyonya:
sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak
menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka
berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara
3,6:1.
d.
Ikan mas Taiwan:
sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang
punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.
e.
Ikan mas Koi: bentuk
badan bulat panjang dan bersisik penuh; warna sisik bermacam-macam seperti
putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Beberapa ras koi adalah long tail
Indonesian carp, long tail platinum nishikigoi,
platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku
hishikigoi, long tail hishikigoi,
taishusanshoku nishikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas,
di Jawa Barat ikan mas Punten kurang berkembang karena diduga orang
Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan relatif panjang. Ikan mas Majalaya
termasuk jenis unggul yang banyak dibudidayakan.
BAB 3
TEKNOLOGI BUDIDAYA
1. Persiapan Sarana Dan
Prasarana
Kolam. Lokasi kolam dicari
yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang
landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
a. Kolam pemeliharaan induk.
Luas kolam
tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100
kg induk memerlukan kolam seluas 500 m² bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak.
Sedangkan bila diberi pakan pellet, maka untuk 100
kg induk memerlukan luas 150-200 m² saja.
Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok atau kolam
tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa
dengan paralon dan dipasang saringan,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
b. Kolam pemijahan.
Tempat
pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan
tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi
panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan
luas kolam sekitar 18 m² dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring
ke arah pembuangan, untuk menjamin agar dasar
kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan paralon
dan pengeluarannya bisa juga memakai paralon
(kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada
dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan
menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang
masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
c. Kolam pendederan.
Bentuk
kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini
biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 250-500
m² dan pendederan lanjutan 500-1000 m² per petak. Pemasukan air bisa dengan paralon
dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan
kemalir (saluran dasar) dan di dekat
pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir
adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan
air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak
pengendapan dan bak penyaringan.
d. Peralatan.
Alat-alat
yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala,
waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk
maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala
kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
mas antara lain adalah waring / scoopnet
yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5
cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak
dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa
dari kain tricote (untuk penetasan
telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib
(untuk menangkap benih ukuran 10 cm ke atas),
anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap
ikan konsumsi), scoopnet (untuk
menangkap benih ikan yang berumur satu minggu ke atas),
seser (gunanya= scoopnet, tetapi
ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan
atau ikan konsumsi).
e. Persiapan Media.
Yang
dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan
ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dan lain
sebagainya.
Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas
hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/ m², diberi pemupukan berupa pupuk
buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/ m², bisa
juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan
dosis 15 gram/ m² dan 10 gram/ m²
2. Pembibitan
a. Pemilihan bibit dan induk.
Usaha
pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara
tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin meningkatnya
teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan
penggunaan induk-induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan
tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak
menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan
derajat pembuahan telur dengan teknik pembuahan
buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas
air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk
peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan
mas.
Adapun
ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah
adalah sebagai berikut:
1)
Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat
berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5
kg/ekor.
2)
Bentuk tubuh secara keseluruhan
mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
3)
Tutup insang normal
tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal
1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
4)
Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
5)
Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang
pangkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
Sedangkan
ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina
1)
Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
2)
Gerakan lambat, pada malam hari biasanya
loncat-loncat.
3)
Jika perut distriping mengeluarkan cairan
berwarna kuning.
Jantan
1)
Badan tampak langsing.
2)
Gerakan lincah dan gesit.
3)
Jika perut distriping mengeluarkan cairan
sperma berwarna putih.
b. Sistim Pembenihan/Pemijahan.
Sistim
pemijahan tradisional. Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara
tradisional, yaitu:
1)
Cara sunda. Luas
kolam pemijahan 25-30 m², dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu
diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; disediakan
injuk untuk menempelkan telur; setelah
proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan.
2)
Cara
cimindi. Luas kolam pemijahan 25-30 m², dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukkan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan
kolam penetasan; disediakan injuk
untuk menempelkan telur, ijuk dijepit bambu dan
diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; setelah
proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; tujuh
hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu
dapat dipanen benih-benih ikan.
3)
Cara
rancapaku. Luas kolam pemijahan 25-30 m², dasar kolam
sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
dimasukkan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan
kolam penetasan, batas pematang terbuat dari batu; disediakan
rumput kering untuk menempelkan telur, rumput disebar merata di seluruh
permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah; setelah
proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.; setelah
benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui celah bebatuan, setelah 3
minggu maka benih dapat dipanen.
4)
Cara
sumatera. Luas kolam pemijahan 5 m², dasar kolam sedikit
berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukkan
pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan; disediakan
injuk untuk menempelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air; setelah
proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; setelah
benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
5)
Cara
dubish. Luas kolam pemijahan 25-50 m², dibuat parit
keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada
pagi hari, induk dimasukkan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan
kolam penetasan; sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; setelah
proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; setelah benih berumur
5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
c. Pembenihan/Pemijahan.
Hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
1)
Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
2)
Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam
air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25°C.
3)
Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk
atau tanaman air.
4)
Jumlah induk yang disebar tergantung dari
luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 m².
5)
Pemberian makanan dengan kandungan protein
25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari)
dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
3. Pendederan
Pendederan
atau pemeliharaan anak ikan mas.
Dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan
menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 m²) yang
sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu
serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai
ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit disesuaikan
dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1)
Tahap I :
umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari (ukuran1-1,5
cm); jumlah benih yang disebar 100-200
ekor/ m²; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
2)
Tahap II :
umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar 50-75
ekor/ m²; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3)
Tahap III :
umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar 25-50
ekor/ m²; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu
penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
4)
Tahap IV :
umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar 3-5
ekor/ m²; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu
penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
Perlakuan dan Perawatan Bibit. Apabila
benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pellet
2 mm sebanyak 3 kali dari bobot total benih yang diberikan 4 kali
sehari selama 3 minggu.
4. Pembesaran
Pemeliharaan
dan pembesaran. Pemeliharaan
pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
a.
Polikultur. Ikan mas
50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan
ikan mujair 30%.
b.
Monokultur. Pemeliharaan sistem ini merupakan
pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini
dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
5. Pemupukan
Pemupukan dengan
kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/ m² , TSP 10 gram/ m² , Urea 10
gram/ m², kapur 25-100 gram/m² . Setelah itu kolam diisi air 39-40 cm. Biarkan
5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,
Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas serangga dan
udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari kemudian, air ditinggikan
sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung pemeliharaannya. Jika hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat penebaran adalah 100-200 ekor/ m²
, sedangkan bila diberi pakan pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/ m²
(benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
6. Pemberian Pakan
Dalam pembenihan
secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang
berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang
mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada
kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan
untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning
telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam
kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
7. Pemeliharaan Kolam
Pemeliharaan
Kolam/Tambak. Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh
terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan
bersih serta tidak tercemari/ teracuni oleh zat beracun.
BAB 4
HAMA DAN PENYAKIT
1.
Hama
a.
Bebeasan (Notonecta).
Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah
ke permukaan air 500 cc/100 m².
b.
Ucrit (larva cybister). Menjepit badan ikan dengan
taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik
menumpuk di sekitar kolam.
c.
Kodok. Makan telur telur ikan. Pengendalian:
sering membuang telur yang mengapung; menangkap dan membuang
hidup-hidup.
d.
Ular. Menyerang benih dan ikan kecil.
Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e.
Linsang. Memakan ikan pada malam hari.
Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f.
Burung. Memakan benih yang berwarna menyala
seperti merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit
menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
g.
Ikan gabus. Memangsa ikan kecil.
Pengendalian: pintu masukan air diberi saringan atau dibuat
bak filter.
h.
Belut dan kepiting. Pengendalian: lakukan penangkapan
2.
Penyakit
a.
Bintik merah (White spot). Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip)
tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih,
menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang
sangat lemah serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam
larutan Methylene blue 1% (1 gram
dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam
dan direndam dalam garam dapur NaCl selama 10
menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
b.
Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis). Gejala: tutup insang
selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung terjadi pendarahan.
Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur kapur tohor
200 gram/ m² , biarkan selama 1-2 minggu.
c.
Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan Girodactylogyrus). Gejala:
ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan
menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan
dan menebal pada insang.
d.
Jamur (Saprolegniasis).
Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya. Gejala:
tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang jamur, terlihat
benang halus seperti kapas.
e.
Gatal (Trichodiniasis).
Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan pada
sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit dalam larutan formalin
150-200 ppm.
f.
Bakteri Psedomonas
flurescens.
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor
terkikis. Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulfamerazine 200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
g.
Bakteri Aeromonas
punctata.
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit kesat
dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu gembung; pendarahan
dalam organ hati dan ginjal. Pengendalian: penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100 mg/kg
ikan; pakan dicampur terramicine 50
mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
Secara umum hal-hal
yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya
ikan mas:
a.
Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas
penyakit.
b.
Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
c.
Binatang seperti burung, siput, ikan seribu
(lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk
ke areal perkolaman
BAB 5
PANEN
1. Pemanenan Benih.
Sebelum
dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap
dan sarana perlengkapannya.
Beberapa
alat tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember
lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai
penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air
dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang
berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen.
Panen
benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya
berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan
dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pukul
04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat
tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut benih mulai
ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba.
Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat
diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
2. Cara Perhitungan.
Benih
Untuk mengetahui benih ikan hasil pemanenan yang
disimpan dalam bak penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung
jumlahnya.
Cara
menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan menggunakan
sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan, dan dihitung per
ekor untuk benih ukuran glondongan.
Pada
umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada saluran di
tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang lebih dalam
dengan ukuran 1-2 m² sehingga ketika air menyurut, maka benih ikan akan
mengumpul dibagian kolam yang dalam tersebut.
Benih
ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.
Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang telah
disiapkan.
3. Pemanenan Hasil Pembesaran.
Untuk
menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur
ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara
400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga
ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/ petak penangkapan dibuat
seluas 2 m² di depan pintu pengeluaran (monnik),
sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat
keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan
pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
BAB 6
PASCA PANEN
Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan
cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1. Penanganan ikan hidup.
Adakalanya ikan
konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal
yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan
hidup, segar dan sehat antara lain:
a.
Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu
rendah sekitar 20°C.
b.
Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari
atau sore hari.
c.
Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan
tidak terlalu padat.
2. Penanganan ikan segar.
Ikan segar mas
merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan
untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
a.
Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar
ikan-ikan tidak luka. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar
bersih dan lendir.
b.
Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup.
Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang
dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan
kotak dan seng atau fiberglass.
Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
c.
Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es
dengan suhu 6-7°C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan
disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi
dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga
antara ikan dengan penutup kotak.
Sedangkan hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
a.
Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu
bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru
dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem
terbuka).
b.
Air yang dipakai media pengangkutan harus
bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai
contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
c.
Sebelum diangkut benih ikan harus diberok
dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi
air bersih dan dengan aerasi yang baik. Jumlah benih dalam pemberokan harus
disesuaikan dengan ukuran benihnya.
Berdasarkan
lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a.
Sistem
terbuka.
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu
yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air
bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5
cm.
b.
Sistem
tertutup.
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari
4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari
air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(HPO)4.H2O
sebanyak 9 gram.
Cara pengemasan benih
ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
a.
Masukkan air bersih ke dalam kantong plastik
kemudian benih;
b.
Hilangkan udara dengan menekan kantong plastik
ke permukaan air;
c.
Alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke
kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen = 1:2); Kantong plastik lalu diikat.
d.
Kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan
posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35
m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
DAFTAR
PUSTAKA
Amri,
K. dan Khairuman. 2002. Menanggulangi Penyakit Pada Ikan Mas dan Koi. Agromedia. Jakarta.
Khairuman, Sudenda D., dan
Gunadi B., (2005). Budidaya Ikan Mas
Secara Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Khairuman, Dodi Sutenda dan Bambang Gunadi.
2002. Budidya Ikan Mas Secara Intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Kordi.K.M.H, 2007. Budidaya Ikan Mas di Tambak..
Jakarta: Effra dan Dahara Prise.
Mahendra, 2011. Budidaya Ikan Mas (Cyprinus
carpio). Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. PUSLUH BPSDM KP. Jakarta
Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2003). Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). http://warintek.progresio.or.id.
Mudjiman,
A. 2004. Makanan Ikan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Santoso,
Budi. 1993. Petunjuk Praktis : Budidaya Ikan
Mas. Yogyakarta : Kanisius.
Susanto, H., dan Rochdianto
A. (1999). Kiat Budidaya Ikan Mas di
Lahan Kritis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suseno, D. 2002. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
No comments:
Post a Comment