BAB 1
PENDAHULUAN
Ikan hias air
tawar merupakan komoditas perikanan yang bisa dibudidayakan secara terus
menerus. Budidaya ikan air tawar khususnya ikan hias menjanjikan peluang yang sangat
besar bagi perbaikan ekonomi masyarakat. Siklus produksi yang pendek dan pangsa
pasar yang luas menjadikannya sebagai salah satu faktor produksi yang sangat
potensial dan prosfektif. Disamping itu, pilihan tipe budidaya yang relatif
tidak membutuhkan lahan luas sangat mendukung untuk budidaya dengan skala rumah
tangga dan tidak membutuhkan modal yang besar. Ikan hias air tawar saat ini
tidak hanya diminati oleh pasar lokal, tetapi juga telah memasuki pasar ekspor.
Ikan hias air tawar merupakan komoditas ekspor Indonesia yang menjadi salah
satu sumber devisa negara.
Cupang Hias (Betta Splendens) memiliki banyak penggemar mulai dari kalangan
anak-anak hingga para penghobiis internasional, selain karena memiliki bentuk
dan karakteristik yang indah, ikan ini juga mudah untuk dibudidayakan mulai
dari skala rumah tangga hingga skala produksi massal. Dalam proses
pembudidayaannya khususnya dalam tahapan pembenihan tidak semua induk akan
menjadi cupang hias yang memiliki warna atau bentuk sirip yang indah. Hal ini
tergantung dari manajemen pemeliharaan induk dan genetik induk yang dipijahkan
dari pembudidaya itu sendiri. Untuk ikan cupang yang tidak memiliki
karakteristik spesial (warna dan bentuk sirip) tidak akan memiliki nilai
ekonomis dalam pasar ikan hias.
BAB 2
BIOLOGI IKAN CUPANG HIAS
1. Klasifikasi
dan Morfologi
Menurut Regan (1910), Ikan Cupang
termasuk dalam klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vetebrata
Superclass :
Osteichtyes
Class : Actinopterygii
Superorder : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Suborder : Anabantoidei
Family : Osphronemidae, Bleeker (1859)
Subfamily : macropodinae, Liem (1963)
Genus : Betta, Bleeker (1850)
Species : splendens
Scientific Name : Betta
Speldens, Regan (1910)
Nama Dagang : Cupang atau Betta
Secara umum, tubuh ikan cupang
memiliki bentuk yang bervariasi. Pada bagian sisik terlihat besar dan kasar.
Sedangkan pada bagian pangkal ekor terlihat lebar sehingga tubuhnya terlihat
kokoh dan kuat. Letak mata cenderung horizontal terhadap mulut hingga terletak
lebih rendah dari mulut ikan cupang itu sendiri.
Adapun morfologi dari ikan cupang
dapat dilihat pada Gambar 1.
Untuk lebih
jelasnya, jenis-jenis ikan cupang hias yang populer di Indonesia dapat dilihat
pada Gambar .
Gambar
2. Jenis-jenis ikan
cupang hias yang populer di Indonesia. A. Plakat;
B. Crawn tail; C. Double tail; D. Halfmoon.
2. Habitat,
Sifat dan Kebiasaan Makan
Di alam, cupang dapat ditemukan di daerah
beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar
dangkal lainnya. Kualitas air yang optimal yaitu pH 6,5-7,5, kesadahan air
berkisar 5-12OdH, suhu air 24-30OC. Ikan cupang memiliki
alat bantu pernafasan berupa labirin. Oleh karena itu, ikan cupang dapat
bertahan hidup pada perairan dengan kadar oksigen terlarut yang rendah, karena
ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak dengan cara
mengambil langsung di permukaan air.
Ikan cupang memiliki sifat diurnal atau aktif mencari makan pada
siang hari. Ikan ini termasuk dalam kelompok karnivora, hal ini terbukti dengan
bentuk gigi ikan cupang ini yang runcing (bergerigi). Di alam ikan cupang ini
akan memakan larva serangga air, jentik nyamuk, ataupun cacing sutera.
3. Jenis
Pakan
Bagi makhluk hidup, pakan merupakan
syarat untuk hidup. Pakan alami yang diberikan dapat berupa jentik nyamuk (Culex Sp), Kutu air, cacing sutera (Tubifex tubifex), dan infusoria.
Sedangkan untuk pakan buatan dapat menggunakan frozen blood worm atau frozen
tubifex worm.
4. Reproduksi
Dalam sistem reproduksi ikan cupang,
terdapat dua tipe pemijahan yaitu bubble
nest breed dan mouth brooder. Bubble nest
breed ialah Proses pemijahan atau fertilisasi
pada ikan cupang jantan akan dilakukan melalui kegiatan copulasi, dimana induk jantan akan merengkuh betina yang matang
gonad dengan jalan melengkungkan tubuhnya. Alat genital keduanya akan bertemu
dan jantan akan spermiasi, sementara
betina akan ovulasi sesaat setelah itu. Telur yang keluar akan langsung
terbuahi dan akan diambil oleh induk jantan menggunakan mulutnya dan diletakkan
pada sarang berupa busa yang terbentuk dari
gelembung-gelembung udara yang ditempatkan di permukaan air atau di tempat
sarang (mucus coated). Proses pembuatan sarang ini akan berlangsung selama
beberapa jam.
Sedangkan mouth brooder yaitu dimana pada kelompok ini induk jantan cupang
akan memunguti telur yang sudah terbuahi dan memasukkan serta mengeraminya
dalam mulut hingga menetas. Selama proses penetasan telur, cupang jantan akan
menghindari kontak fisik dengan ikan cupang lain dan induk jantan akan
berpuasa. Setelah menetas anak cupang akan dikeluarkan dari mulut induk jantan,
dan memasukkan kembali apabila ada bahaya yang mengancam. Hal tersebut dilakukan
hingga anak cupang berumur 1 (satu) minggu dan bisa mencari makan sendiri.
BAB 3
TEKNOLOGI
BUDIDAYA
1. Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan yakni sarana dan prasarana. Adapun sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam kegiatan budidaya ikan hias cupang (Betta splendens) yaitu wadah dan air
yang merupakan media hidup ikan cupang. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Wadah
Wadah merupakan salah satu sarana
pendukung dalam proses budidaya ikan cupang hias. Untuk pemeliharaan diperlukan
wadah sebagai media tempat pemeliharaan. Berdasarkan bahan pembuatannya, wadah
pemeliharaan yang digunakan untuk ikan cupang dapat berupa bak semen dan
akuarium. Berdasarkan bentuknya, wadah pemeliharaan sangat bervariasi.
Dan berdasarkan tujuan pemeliharaannya
wadah pemijahan dibagi menjadi wadah pemijahan, wadah burayak, dan wadah
pendederan.
1)
Wadah
Pemijahan
Ukuran akuarium untuk pemijahan cukup beragam, ada
yang berukuran 40x60 cm2 atau 20x40 cm2. Ketebalan kaca
yang digunakan sekitar 2,2 mm. Dapat juga menggunakan ukuran 15x15x20cm3.
Dapat juga menggunakan wadah berukuran kecil karena lebih efisien untuk ikan
yang memijah.
Selain menggunakan akuarium wadah
pemijahan juga dapat menggunakan bak semen. Bak semen dapat digunakan dengan
ukuran 100x100x50 cm3.
2) Wadah
Pemeliharaan Burayak
Ukuran burayak pada umur 0-3 bulan
berkisar 3-12 mm. Wadah yang digunakan berupa bak semen dengan ukuran
100x100x50 cm3. Dapat juga menggunakan bak fiber dengan kapasitas
0.5 m3 atau akuarium dengan ukuran 100x60x40cm3.
3)
Wadah
Pembesaran
Bak semen yang digunakan dapat
berukuran 60x30x30 cm3 dengan tinggi air 25 cm. Jumlah burayak yang
ditebar yaitu 100 ekor. Dapat juga menggunakan botol plastik (botol air
mineral) dengan Ø (diameter) 8-10 cm dengan tinggi botol 20 cm, dan untuk
pemeliharaan ikan cupang hias dengan kualitas A dan kualitas B dapat
menggunakan akuarium kecil dengan ukuran 15x15x20cm3. Pemeliharaan
sesudah dewasa, terutama jantan sebaiknya dilakukan satu persatu dalam botol
agar fisik ikan cupang tetap bagus.
b. Media
Selain wadah pemijahan, media
pemijahan juga harus diperhatikan yakni air. Kualitasnya menentukan
kesehatan maupun pertumbuhan ikan, bahkan kualitas seperti warna ikan. Air yang
digunakan harus sesuai dengan habitat ikan cupang hias sebagai salah satu
tindakan manipulasi lingkungan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Untuk air yang bersumber dari sumur
atau air tanah biasanya lebih bersih serta hanya mengandung gas dan mineral.
Namun demikian, kemungkinan masih mengandung material organik walaupun sedikit.
Sedangkan untuk kandungan material anorganik tergantung dari kedalaman sumur
itu sendiri. Semakin dalam sumur maka akan semakin sedikit kandungan material
anorganiknya dan makin berkurang kandungan
bakterinya. Sebelum digunakan sebaiknya air sumur diendapkan terlebih dahulu
atau ditampung terlebih dahulu dalam bak (tandon) serta disirkulasi melewati
filter. Selain itu mensirkulasi air juga baik untuk dilakukan. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut (DO) dan menetralkan
pH, serta mengurangi senyawa beracun yang dapat membahayakan ikan.
Sedangkan untuk sumber air yang
menggunakan air PAM, walaupun air PAM sudah tergolong bersih, karena telah
melalui filter namun terkadang kandungan klorinnya sangat tinggi. Maka dari itu
air PAM harus dilakukan aerasi selama minimal 24 jam untuk menghilangkan
kandungan klorinnya sebelum digunakan.
Selain itu, pembudidaya juga
menggunakan desinfektan berupa methiline
blue untuk mencegah tumbuhnya jamur pada setiap media pemeliharan baik
untuk induk, benih maupun dalam pembesaran ikan cupang hias. Dosis pemberian methiline blue yang digunakan yaitu 0,04
ppt.
2.
Pemeliharaan
Induk
Keberhasilan dalam budidaya ikan
cupang sangat didukung oleh kualitas induk. Dalam pengelolaan induk ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan meliputi teknik pemeliharaan, pakan yang diberikan
serta pengelolaan kualitas air. Pemeliharaan induk maupun pengelolaan induk
dilakukan secara intensif ± 7 hari dan/atau selama ± 1-2 minggu sebelum
pemijahan. Perawatan ini bertujuan untuk mempercepat proses pematangan gonad.
Selain itu juga untuk memantau kesehatan ikan.
Pengelolaan induk dilakukan dengan
cara melakukan pergantian air rutin setiap 3 hari serta pemberian pakan yang
dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari (pukul 0700) dan
sore hari (pukul 1600). Jumlah pakan yang diberikan pada sore hari
lebih sedikit dari pada jumlah pakan pada pagi hari, hal ini dikarenakan sifat
biologis ikan cupang hias yaitu bersifat diurnal
atau aktif pada siang hari. Jenis pakan yang diberikan ialah pakan yang
memiliki kandungan protein tinggi seperti jentik nyamuk (Culex Sp) dan rendah lemak seperti kutu air Dapnia dan Moina.
3.
Pemijahan
Tahapan selanjutnya dalam proses
budidaya ikan cupang hias ialah pemijahan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam
tahapan ini adalah sebagai berikut:
a.
Seleksi
Induk
Faktor keberhasilan dalam pemijahan
yaitu induk yang berkualitas. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan atau seleksi induk jantan maupun betina antara lain:
Induk Jantan
1.
Berasal dari genotip unggul. Hal ini hanya
dapat diketahui menurut riwayat hidup ikan cupang jantan tersebut.
2.
Sehat. Induk yang sehat dicirikan dengan
gerakannya yang lincah dan agresif. Jika didekatkan dengan cupang lainnya,
cupang jantan akan mengembangkan tutup insangnya (oppercolum) dan memamerkan siripnya.
3.
Tidak cacat. Terlihat dari kesempurnaan
bentuk tubuh, baik sirip maupun tulang belakang.
4.
Memiliki warna yang cemerlang. Selain
diharapkan mampu menghasilkan anakan serupa, warna cemerlang juga merupakan
indikasi sehatnya cupang jantan.
5.
Matang gonad. Cupang jantan akan matang gonad
pada umur 5-6 bulan. Selain itu, ikan cupang jantan yang matang gonad dapat
diketahui dengan adanya garis putih terang pada insang, warna semakin cerah,
gerakan agresif, dan mengumpulkan busa di permukaan air (membuat sarang).
Induk Betina
1.
Berasal dari
genotip unggul, sehat, dan tidak cacat
2.
Bentuk badan proporsional.
3. Matang
gonad. Ditandai dengan adanya garis putih vertical di badan dan insang, warna
lebih cerah, bagian perut membesar dan terasa lunak jika dipegang, titik putih
dibagian perut terlihat lebih menonjol, serta gerakan cenderung tidak agresif.
Untuk
lebih jelasnya induk jantan dan betina ikan cupang hias dapat dilihat pada
Gambar 3.
Sedangkan
ciri-ciri induk matang gonad dan berkualitas untuk dipijahkan dapat dilihat
pada Tabel 1
Tabel 1. Ciri-ciri induk matang gonad dan
berkualitas untuk dipijahkan
No
|
Kriteria
|
Jantan
|
Betina
|
1
|
Umur
|
≥ 6 Bulan
|
≥ 8 Bulan
|
2
|
Postur Badan
|
Simetris, ramping
|
Simetris, bagian perut membesar
|
4
|
Bentuk Kepala
|
Simetris dengan mulut
|
Simetris dengan mulut
|
5
|
Pangkal Ekor
|
Lebar dan lurus
|
Lebar dan lurus
|
6
|
Warna
|
Cerah dan pekat
|
Sedikit pudar
|
7
|
Dorsal Fin
|
Tegak
|
Tegak
|
8
|
Caudal Fin
|
Membuka lebar, memiliki lebar yang
seimbang, menutup ke dorsal fin
maupun anal fin
|
Membuka lebar, memiliki lebar yang
seimbang, menutup ke dorsal fin
maupun anal fin
|
9
|
Anal fin
|
Lurus, menutup ke ekor
|
Lurus, rata dengan bagian bawah
ekor
|
10
|
Ventral Fin
|
Balance dengan
pasangan fin
|
Balance
dan memiliki tulang yang lurus.
|
11
|
Matang Gonad
|
Aktif membuat busa pada media
pemeliharaan
|
Terlihat garis vertikal pada
bagian abdomen
|
b.
Pemijahan
Setelah persiapan sarana dan prasarana
pemijahan selesai dilakukan, langkah selanjutnya ialah menyatukan induk jantan
dan betina. Pemijahan pada dilakukan dengan perbandingan 1 ekor jantan : 1 ekor
betina. Wadah yang digunakan berupa akuarium dengan ukuran 15x15x20 cm3
dengan tinggi air 10-15 cm atau menggunakan akuarium 100x40x40cm3
dengan tinggi air 10-15 cm yang diberi sekat berupa styrofoam untuk memperkecil luas media pemijahan yang akan
memudahkan induk jantan dan induk betina untuk memijah. Sarang yang digunakan
dapat berupa potongan daun ketapang maupun plastik atau media lain yang
terapung di permukaan air. Sarang dimasukkan ke dalam media pemijahan setelah
induk jantan dimasukkan.
Cupang jantan dimasukkan
terlebih dahulu dalam wadah pemijahan, sementara cupang betina dimasukkan ke
dalam botol yang berukuran lebih kecil dari wadah pemijahan. Selanjutnya, botol
tersebut dimasukkan ke dalam wadah pemijahan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan rangsangan alami pada induk jantan sehingga induk cupang jantan akan
membuat sarang. Kelebihan dari cara ini
adalah induk cupang jantan tidak perlu menghabiskan energi untuk
mengejar-ngejar induk betina, dan bisa lebih fokus untuk membuat sarang busa.
Selain itu cara ini juga dapat memudahkan untuk melihat apakah ikan jantan
cocok terhadap induk cupang betina yang dipasangkan. Apabila induk jantan tidak
membuat buih atau busa pada media tersebut, maka induk jantan dapat diganti
dengan induk jantan lainnya..
Hal ini akan berlangsung selama ± 12
jam. Setelah memenuhi kriteria tersebut induk betina dimasukkan dalam wadah
pemijahan yang telah berisi induk jantan. Pemijahan terjadi sekitar pukul 0600
– 1800 hal ini berkaitan dengan sifat biologis ikan cupang hias
yaitu diurnal atau aktif pada siang
hari. Pada saat pemijahan tubuh jantan menyelubungi induk betina membentuk
huruf "U" dengan ventral
saling berdekatan selama ± 1 menit sampai mengeluarkan telur yang
segera dibuahi sperma. Telur yang terbuahi akan jatuh ke dasar dan dengan
segera akan diambil oleh induk jantan menggunakan mulutnya yang kemudian
disimpan dalam buih atau busa dalam sarang. Setelah telur ditempelkan semua di
sarang oleh induk jantan, maka induk cupang jantan akan kembali mendekati induk
betina. Proses pemijahan dan pengeluaran telur berlangsung selama 3-4 jam
dengan 20-25 tahap proses pemijahan yang sama. Dalam satu kali pemijahan, induk
betina dapat menghasilkan 1000-2000 butir.
Pemijahan selesai ditandai dengan
induk betina yang menjauh dari induk jantan dan sering berada di sisi wadah
pemijahan serta sarang yang telah dipenuhi oleh telur yang berwarna putih
mutiara atau putih. Setelah proses pemijahan selesai maka induk cupang betina
dipindahkan dari wadah pemijahan untuk dipelihara kembali dan induk jantan
tetap dalam wadah untuk mengerami telur. Hal ini bertujuan agar induk jantan
dapat merawat telur secara fokus. Selain itu juga bertujuan untuk memulihkan
kondisi induk betina agar dapat dipijahkan kembali. Induk betina dipelihara
kembali dalam wadah pemeliharaan dan dapat dipijahkan kembali setelah 2-3
minggu. Untuk lebih jelasnya proses pemijahan dan pengeluaran telur dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. (A) Proses pemijahan, (B) pengeluaran telur
pada ikan cupang hias, (C) sarang yang telah terisi telur
Telur yang terbuahi akan berwarna
transparan dan menempel pada sarang busa. Telur yang ditetaskan akan dijaga
atau dipelihara oleh induk jantan. Induk jantan akan menjaga telur agar tetap
berada dalam sarang busa. Apabila telur jatuh ke dasar akuarium, maka induk
jantan cupang akan mengambil telur dan menyimpannya kembali dalam sarang busa
yang berada di permukaan. Suhu yang optimal dalam penetasan telur adalah 28 –
29 OC, dan pada saat penetasan telur induk cupang tidak diberi
pakan. Hal ini dimaksudkan agar tidak menurunkan kualitas air pada media
pemeliharaan serta tidak mengganggu aktifitas induk jantan dalam merawat
telurnya. Selain itu monitoring juga harus dilakukan secara rutin.
Pemeliharaan larva dilakukan ketika
telur menetas hingga sarang busa yang berada di permukaan menghilang. Penetasan
telur berlangsung selama 1-2 hari pada usia 3 hari telur yang terbuahi akan
menetas secara keseluruhan. Setelah telur menetas, larva akan berenang secara
vertikal dan berada di sarang karena belum kuat untuk berenang di dasar. Larva
yang baru menetas belum memiliki keseimbangan dan energi yang cukup untuk
berenang karena masih dalam masa pertumbuhan. Apabila larva berada di dasar
akuarium maka larva akan sulit untuk berenang kembali ke permukaan. Oleh karena
itu induk jantan akan mengambil anaknya menggunakan mulut dan meletakkan
anaknya kembali ke permukaan pada sarang busa. Hal ini akan dilakukan oleh
induk jantan hingga larva cupang terlihat kuat dan sarang busa yang berada di
permukaan air telah menghilang.
Setelah 4-5 hari larva akan mulai
berenang secara normal (horizontal) dan menyebar di seluruh bagian media
pemeliharaan. Setelah 7 hari larva dapat dipindahkan atau didederkan ke wadah
pemeliharaan yang lebih besar seperti akuarium atau bak fiber. Setelah larva dipindahkan,
maka induk jantan dapat dipindahkan ke wadah pemeliharaan dan diberikan pakan
berupa jentik nyamuk (culex Sp) atau
kutu air agar kondisinya pulih untuk dipelihara kembali dan setelah 2-3 minggu
dapat kembali dipijahkan. Larva sudah dapat mencari makan sendiri dapat diberi pakan berupa kutu air yang
disaring terlebih dahulu.
5.
Pembesaran
Proses pembesaran pada ikan cupang
dapat dilakukan secara massal dalam bak semen atau sejenisnya. Bak semen yang
digunakan dapat berukuran 1x1 m2 dengan ketinggian air 20-25 cm.
pada bak pemeliharaan sebaiknya diberikan tanaman air berupa enceng gondok atau
sejenisnya sebagai tempat berlindung (shelter)
bagi benih cupang. Pada usia 1 bulan ukuran ikan cupang sudah mencapai 1-2 cm
pakan yang diberikan dapat berupa kutu air atau jentik nyamuk. Pada usia 2
bulan, dapat dilakukan grading pada
ikan cupang untuk memisahkan ikan cupang betina dan cupang jantan serta untuk
memisahkan ikan cupang yang memiliki warna berkualitas dengan ikan cupang yang
memiliki warna yang kurang berkualitas. Ikan cupang yang memiliki warna yang
kurang berkualitas dapat dipelihara dalam akuarium kecil berukuran 15x15x25cm3.
Sedangkan ikan yang berkualitas dapat dipelihara dalam botol-botol plastik.
Pemeliharaan sesudah dewasa, terutama
jantan sebaiknya dilakukan satu persatu dalam botol agar fisiknya tetap bagus.
Ini disebabkan ikan ini senang berkelahi sehingga siripnya akan rusak. Ikan
yang siripnya rusak, tidak akan laku dijual.
a. Grading
Dalam pemeliharaan ikan cupang hias grading dilakukan untuk memisahkan
antara ikan jantan dan betina. Hal ini dikarenakan ikan cupang jantan memiliki
penampilan yang menarik (sirip dan warna yang menarik) dan memiki permintaan
pasar yang tinggi. Dalam grading ikan
cupang hias betina juga dipilih yang berkualitas baik untuk dibesarkan kembali
sebagai indukan.
Grading dilakukan ketika benih
ikan cupang hias berusia 1,5 – 2 bulan. Adapun
ciri-ciri untuk membedakan ikan jantan dan betina pada saat grading dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel
4.
Ciri-ciri benih jantan dan betina pada proses grading
Setelah proses grading, maka akan didapatkan ikan jantan dan ikan betina yang
berkualitas. Dalam proses grading ini
ikan betina yang dipilih merupakan ikan betina yang memiliki kualitas paling
baik untuk dijadikan indukan.
b.
Pemeliharaan
Perawatan Ikan
Dalam pemeliharan hal yang perlu
diperhatikan yaitu pergantian air dan pemberian pakan. Pergantian air total dapat
dilakukan 3-5 hari sekali. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan ikan
melalui media pemeliharaannya. Selain itu pemberian pakan juga harus dilakukan
secara kontinyu agar kebutuhan nutrisi ikan dapat terpenuhi dan pertumbuhan
ikan tidak terhambat. Setelah ± 2 minggu pemeliharaan dalam botol plastik,
dapat dilakukan pemilihan ikan yang berkualitas kontes (Show quality).
c.
Pengelolaan
Pakan
Pakan yang diberikan untuk ikan cupang
hias harus memiliki kandungan protein yang tinggi seperti Dapnia, Moina, Artemia, Blood worm dan cacing sutera (Tubifek tubifex) sebagai pakan alternatif. Frekuensi pemberian pakan
untuk ikan cupang hias minimal 1 kali sehari pada pagi hari. Dosis pemberian
pakan untuk ikan cupang hias yaitu secara Ad
libitum atau sampai ikan kenyang dan tidak berlebihan.
d.
Pengelolaan
Kualitas Air
Adapun beberapa kualitas air yang
perlu diperhatikan dalam budidaya ikan cupang adalah sebagai berikut:
1) Suhu
(OC) : 26-28 OC
2) Derajat
Keasaman (pH) : 6,2-7
3)
Kesadahan
(Hardness) :
Tabel 2.
Tingkat Kesadahan Air
Tingkat Kesadahan
|
Kand. CaCO3 (ppm)
|
Kesadahan (OHD)
|
Lunak
|
0 – 50
|
0 – 3,5
|
Medium
|
50 – 100
|
3,5 – 10,5
|
Keras
|
150 – 300
|
10,5 – 21
|
Sangat Keras
|
>
300
|
> 21
|
Sumber: Tropical
Freshwater Aquaria, 1985 dalam Untung dan Bambang (2002)
Ada dua tipe penyakit yang umum
menyerang cupang yaitu penyakit parasit dan non parasit.
a.
Penyakit Parasit dan Non Parasit
Penyakit parasit merupakan penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti cendawan, bakteri, virus, atau
kutu. Contoh penyakit ini seperti white
spot, velvet, Hydrop’s (busung), dan lain sebagainya. Penyebab utama dari
penyakit ini adalah pengaruh pemberian pakan alami yang tidak dibersihkan
terlebih dahulu, sehingga membawa bibit penyakit kedalam wadah pemeliharaan
cupang.
Penyakit non parasit yang merupakan
penyakit yang tidak disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi oleh kesalahan
perawatan, kesalahan dari pemilihan atau seleksi induk, faktor nutrisi pakan
dan lain sebagainya. Contoh penyakit ini yaitu seperti cupang yang sering menggigit
ekornya, sirip yang keriting. Oleh karena itu dalam perawatan harus
diperhatikan jumlah pakan dan frekuensi pemberiannya.
Penyakit genetik merupakan salah satu
penyakit non parasit, dapat
berupa ikan yang mengalami pertumbuhan terhambat, bentuk tubuh yang tidak
simetris, warna ikan yang pudar. Hal ini dapat disebabkan oleh pemijahan inbreeding (dalam satu keturunan),
kualitas induk yang tidak berkualitas, serta penggunaan induk yang sudah afkir (masa produksi telah habis).
b.
Padat tebar tinggi
Padat
tebar tinggi dalam pemeliharaan benih akan memiliki resiko yang tinggi, selain
akan mengakibatkan kekurangan nutrisi pada ikan yang berdampak pada pertumbuhan
yang lamban, padat tebar tinggi pada media pemeliharaan juga mengakibatkan ikan
rentan bertarung dalam media pemeliharaan. Apabila ikan sering bertarung,
penyakit parasit akan mudah menyerang ikan dengan sasaran luka pada tubuh ikan
akibat ikan bertarung. Untuk pencegahannya, yaitu dengan memperhatikan padat
tebar dalam media pemeliharaan, serta memberikan shelter dalam media pemeliharaan yang meminimalisir kontak ikan
secara langsung. Selain itu, pada saat pergantian air, dapat diberikan methiline blue sebagai desinfektan untuk
mencegah timbulnya jamur.
c.
Pakan
Penyakit yang sering ditimbukan oleh pakan yaitu, Dropsy dimana ikan akan mengalami
gangguan pencernaan yang ditandai dengan kotoran yang dikeluarkan sedikit dan
berwarna putih, sisik yang berdiri, serta kondisi ikan yang pasif di permukaan
media pemeliharaan. Penyakit ini disebabkan oleh cacing nematoda, yang sering
terbawa oleh pakan ikan. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, dapat dilakukan
pencucian pakan sebelum pakan diberikan ke ikan cupang hias. Untuk penanggulangannya,
pemberian pakan dihentikan untuk sementara waktu, sampai ikan terlihat sehat,
serta pergantian air yang dilakukan setiap hari hingga ikan sehat.
7.
Panen dan Pengemasan
Panen
pada budidaya ikan cupang dilakukan secara selektif tergantung dari
pembeli. Harga yang diberikan juga
tergantung dari kualitas warna maupun bentuk sirip dari ikan cupang tersebut.
Ikan yang akan dipanen dan di packing
harus dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkat
metabolisme dan tingkat stress ikan pada saat pengangkutan. Pengemasan ikan
yang akan dikirim dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik Polyethelen (PE) dengan ukuran 5x15 cm2
atau disesuaikan dengan bentuk dan ukuran ikan. Plastik diisi air bersih dengan
ketinggian 5-6 cm, kemudian plastik diikat (tanpa diberi oksigen). Kemudian
plastik yang berisi ikan dimasukkan kembali secara terbalik ke dalam kantong
plastik yang berukuran sama kemudian plastik diikat. Hal ini dimaksudkan agar
plastik lebih tebal dan menghindari kebocoran pada saat pengangkutan. Selain
itu hal ini juga untuk menghindari sudut pada kantong pengemasan karena apabila
ada sudut dalam kemasan atau kantong dikhawatirkan sirip ikan akan rusak.
Setelah itu kantong yang berisi ikan dapat dibalut dengan kertas koran atau
sejenisnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stress pada ikan saat
pengangkutan. Setelah itu kantong dapat dimasukkan dalam kotak kardus atau Styrofoam.
8. Pemasaran
Dalam proses penjualan ikan cupang
hias, target pasar yang ditentukan oleh pembudidaya sesuai dengan kualitas ikan
yang dimiliki. Untuk ikan dengan kualitas kontes (show quality) dan kelas counter
(Great A) biasanya akan dijual ke
para penghobiis. Sedangkan untuk ikan kualitas reject (Great B), akan dijual secara partai (dalam jumlah banyak) kepada
pendagang dengan konsumen anak-anak. Penjualan juga tidak hanya dilakukan dalam
wilayah Jakarta, namun sudah meluas ke beberapa wilayah di Indonesia seperti
seluruh pulau Jawa, Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan, Sulawesi, hingga
meluas ke pasar internasional seperti Thailand, Philipine, Malaysia, Amerika
dan beberapa negara Asia lainnya. Adapun beberapa teknik pemasaran yang
dilakukan oleh pembudidaya di kawasan ini yaitu sebagai berikut:
a.
Penjualan langsung dan tidak langsung pada
konsumen
Penjualan
tidak langsung menggunakan jasa distributor, broker (pengumpul), maupun pedagang yang datang langsung ke lokasi.
Sedangkan untuk penjualan langsung, konsumen langsung datang ke lokasi untuk
memilih ikan yang diinginkan. Selain itu untuk penjualan secara langsung juga
dilakukan via multimedia dengan memanfaatkan jejaring. Untuk pemasaran secara langsung tujuan konsumen
adalah para penghobiis.
b.
Kontes
Dalam proses pemasaran, kontes
merupakan hal yang penting dalam langkah untuk menaikkan harga dari komoditas
yang diproduksi. Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi pembudidaya, dengan
adanya sarana kontes ini, pembudidaya akan terus berusaha untuk menciptakan
produk yang berkualitas yang nantinya akan dijual dengan harga tinggi.
Untuk harga dari ikan yang dijual
sesuai dengan kualitas ikan tersebut. Untuk ikan dengan kualitas show (Show quality) yang merupakan calon atau
bakal, harga per ekor bisa mencapai Rp.30.000 – Rp.50.000/ekor, sedangkan ikan dengan
kualitas show dan siap untuk mengikuti kontes, harga dapat mencapai Rp.100.000
- Rp.200.000,- /ekor. Sedangkan untuk
Great A, harga dapat mencapai Rp.10.000 - Rp.30.000,-/ekor. Untuk Great
B harga berkisar antara Rp.5.000 - 10.000,-/ekor. Dan untuk Great C (reject) harga < Rp.5.000,-/ekor.
Atmadjaja, Joty., 2008. Reproduksi ikan cupang
http://Jotyabetta.com/gallery.html. Jakarta. (Diakses Pada 30 November 2011)
_____________, 2009. Panduan Lengkap Memelihara Cupang Hias dan
Cupang Adu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Bachtiar, Y., 2004. Ikan Hias Ekspor. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Halim, M.A.,
2014. Prospek Usaha Ikan Cupang Hias (Betta
Splendens). STP Press. Jakarta
Integrated Taxonomic Information
System (ITIS). 2011. Klasifikasi Ikan
Cupang Hias. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt. Jakarta (Diakses 23
Januari 2012).
Lukita, Brigita Maria, 2009. Ikan cupang hias “Keunggulan Yang
Terabaikan”. Harian Kompas, Kliping Perikanan Pusat Riset perikanan
Budidaya, Jakarta.
Nurazizah. 2012. Budidaya dan Prospek
Usaha Ikan Cupang Hias (Betta splendens)
di Kawasan Budidaya Cupang Hias, Slipi Jakarta Barat. Karya Ilmiah Praktek
Akhir (KIPA). Jakarta
Perkasa, B.E., 2001. Merawat Cupang Hias Untuk Kontes.
Penebar Swadaya. Jakarta
__________. Dan Henry Gunawan, 2002. Solusi Permasalahan Cupang. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tragistina, V.N., 2011. Budidaya Kian
Gencar, Ekspor Ikan Hias Naik 50%. http://industri.kontan.co.id/news/budidaya-kian-gencar-ekspor-ikan-hias-naik-50-1. Jakarta (Diakses 01
Januari 2012)
Untung, Onny, dan Bambang. E.P. 2002. Mencetak Cupang Adu Jagoan. Penebar
Swadaya. Jakarta